Sejarah Kereta Api Angkutan Batu Bara Di Sumatera Barat Bagian 3

Angkutan batubara menggunakan kereta api di Sumatera Barat sendiri bisa dikatakan sangat unik dikarenakan hanya di Sumatera Barat sendiri jalur gerigi masih dipergunakan secara regular untuk melayani angkutan barang terutama batubara dari Ombilin. PERUMKA sendiri memiliki 3 dipo aktif saat itu, yakni dipo lokomotif Padang, Padang Panjang dan Solok. Ketiga dipo tersebut juga mengkoordinir subdipo dibawahnya seperti subdipo Indarung dan subdipo Sawahlunto. Dipo Padang dan Dipo Solok mayoritas menerima perawatan dan pemeliharaan lokomotif sejenis BB 303 dan BB 306 sedangkanya Dipo Padang Panjang hanya melayani perbaikan dan pemeliharaan khusus untuk BB 204. 

Pola Operasional Kereta Api Angkutan Batu Bara di Sumatera Barat (PERUMKA-PTKA).
Dimulai dari operasional jalur datar (adhesi) Sawahlunto-Solok-Batu Tabal, maka saat itu dipergunakan BB 303 dan BB 204. Jika menggunakan 1 traksi BB 303, sanggup membawa 10 unit KKBW isian dan 15 KKBW kosongan sedangkan jika menggunakan BB 204 bisa membawa 20 KKBW isian sekaligus dan lebih jika dalam keadaan kosongan. Di stasiun Sawahlunto, rangkaian yang sudah diisi batubara dilangsir menggunakan BB 303 menuju emplasemen stasiun Sawahlunto. Setelah rangkaian siap dan dicek oleh petugas, maka lokomotif penarik seperti BB 303/204 menggandeng rangkaian sebanyak 15-20 KKBW untuk diberangkatkan menuju Batu Tabal.

Pola Operasional Kereta Api Angkutan Batu Bara di Sumatera Barat (PERUMKA-PTKA)

Terkadang, antara Solok dan Sawahlunto terdapat momen traksi ganda. Maksudnya adalah karena untuk pemeliharaan lokomotif langsir harus dilakukan di dipo lokomotif Solok, maka agar tidak mengganggu PERKA yang ada lokomotif langsir tersebut dirangkai dengan rangkaian yang sekalian berangkat menuju stasiun Solok. Setelah melepas lokomotif di stasiun Solok, rangkaian pun berangkat kembali menuju stasiun Batu Tabal melewati tepian danau Singkarak sepanjang 19km. Sesampainya di stasiun Batu Tabal, lokomotif BB 204 sudah menunggu untuk membawa rangkaian di jalur bergerigi. 

Pola Operasional Kereta Api Angkutan Batu Bara di Sumatera Barat (PERUMKA-PTKA)

Sebelum dilanjutkan, rangkaian terlebih dahulu dipecah menjadi 3-4 bagian. Jika membawa 20 KKBW, maka dipecah menjadi 4 yang setiap rangkaiannya membawa 5 unit KKBW isian dengan 1 unit BB 204. Lokomotif penarik sebelumnya kemudian melangsir rangkaian kosongan yang sudah dipecah untuk disatukan kembali dan dibawa ke Sawahlunto. Rangkaian dengan BB 204 tersebut berangkat secara konvoi dengan jeda 5-10 menit antar rangkaian menuju stasiun Padang Panjang menyusuri terjalnya jalur bergerigi. Sesampainya di stasiun besar Padang Panjang, beberapa rangkaian dilangsir dan bertukar lokomotif.

Pola Operasional Kereta Api Angkutan Batu Bara di Sumatera Barat (PERUMKA-PTKA)

Lokomotif dari Batu Tabal pun menggandeng rangkaian kosongan yang akan menuju Batu Tabal kembali dan lokomotif dari Kayu Tanam menggandeng rangkaian isian yang akan menuju stasiun Kayu Tanam. Selain proses langsiran dan pertukaran lokomotif, juga dilakukan pergantian kru KA seperti masinis, ass masinis dan kondektur di stasiun besar Padang Panjang sesuai jam kerja yang telah ditempuh. Setelah pergantian kru, rangkaian isian melanjutkan perjalanan kembali menuju Kayu Tanam secara konvoi dan beriringan melewati indahnya alam Ranah Minang seperti Air Terjun Lembah Anai dan kawasan Cagar Alam Mega Mendung. 

Pola Operasional Kereta Api Angkutan Batu Bara di Sumatera Barat (PERUMKA-PTKA)

Rangkaian berjalan perlahan dengan kecepatan maks 20kmh, dikarenakan jika lebih maka otomatis emergency brake pada BB 204 akan menyala. Pemandangan iring-iringan rangkaian kereta api angkutan batubara yang melewati kawasan Lembah Anai sendiri menjadi tontonan yang menarik untuk para wisatawan yang kebetulan sedang berwisata di sekitaran kawasan Lembah Anai. Rangkaian terus melewati turunan gerigi yang sangat curam dengan gradient  mencapai 70 permil melewati bentang panjang jembatan parabol dan 2 terowongan pendek Lembah Anai.

Pola Operasional Kereta Api Angkutan Batu Bara di Sumatera Barat (PERUMKA-PTKA)

Kemudian setelah melewati turunan curam, rangkaian melewati stasiun Kandang Ampat. Stasiun ini hanya berfungsi untuk memantau PERKA dan mengatur jika ada persilangan. Rangkaian pun akhirnya tiba di stasiun ujung jalur bergerigi yakni stasiun Kayu Tanam dan sudah menunggu lokomotif penarik spesialis lintas datar yakni BB 303 dari Padang. Rangkaian yang dipecah tadi akhirnya disatukan kembali menjadi satu rangkaian. Jika rangkaian mencapai 20 KKBW maka, digunakan 2 traksi BB 303 dengan formasi push-pull(depan-belakang) karena jembatan yang ada tidak sanggup jika dilewati 2 unit lokomotif sekaligus dalam kondisi mesin hidup. Jarak yang ditempuh dari Kayu Tanam ke Teluk Bayur mencapai 60km dan jika dilanjutkan hingga Indarung bisa mencapai 75km. Disepanjang lintas Kayu Tanam-Padang, akan melewati beberapa stasiun seperti Sicincin, Lubuk Alung, Pasar Usang, Duku dan Tabing.


Di  beberapa stasiun tersebut juga terkadang ada persilangan dengan sesama angkutan batubara maupun dengan angkutan penumpang(setiap Ahad) dan angkutan CPO kosongan yang akan menuju Naras. Sesampainya di stasiun Padang, rangkaian ada yang dipisah untuk selanjutnya dibawa ke Indarung. Dan sisanya untuk dibongkar di silo PTBA-UPO Teluk Bayur. Khusus untuk ke Indarung sendiri, dikarenakan kondisi jalur terjal dengan gradient 26,5 permil maka diwajibkan menggunakan lokomotif pendorong sekelas BB 303/306 dengan lokomotif penarik BB 204/303. Jumlah rangkaian pun bervariasi mulai dari 5 hingga 10 gerbong/rangkaian. KA Batubara yang akan menuju Indarung biasanya akan menunggu aman di emplasemen stasiun Padang hingga lintas ke Indarung clear dari PERKA Semen. KA angkutan batubara berangkat menuju Indarung melewati segitiga percabangan Bukit Putus langsung tanpa melewati stasiun Bukit Putus kemudian melewati 2 stasiun yakni Kampung Juar dan Pauh Lima. Sesampainya di stasiun Indarung, rangkaian langsung masuk jalur 8 untuk melakukan pembongkaran batubara. KA Batubara yang menuju Teluk Bayur berangkat menuju stasiun Bukit Putus. Tiba di stasiun Bukit Putus, lokomotif penarik pun merangkap dinas langsiran menuju silo bongkaran batubara milik PTBA-UPO Ombilin.

Demikianlah sedikit ulasan bagaimana pola operasional dari Kereta Api Angkutan Batu Bara di Sumatera Barat, artikel selanjutnya akan kita bahas berakhirnya operasional angkutan batu bara di Sumatera Barat.